Yuk berfoto di Benteng Van den Bosch magnet Ngawi
NGAWI. Kabupaten Ngawi selain terkenal dengan perkebunan jati, daerah yang berada di bagian barat Jawa Timur ini juga terkenal dengan wisata sejarahnya. Yang paling hype adalah Benteng Van den Bosch alias Benteng Pendem.
Belakangan benteng yang berada di jantung Kabupaten Ngawi ini menjadi sorotan para pelancong karena sisa-sisa bentuk bangunannya yang eksotis.
Bahkan, sekitar bulan Februari 2019 lalu Presiden Joko Widodo bersama rombongan mengunjungi Benteng Van den Bosch untuk berwisata di tengah-tengah aktivitas kunjungan kerjanya.
Dalam catatan sejarah Kabupaten Ngawi, Benteng Van den Bosch dibangun pada abad ke-19, tepatnya setelah tentara Hindia Belanda berhasil menguasai Kabupaten Ngawi.
Dulunya bangunan seluas 165 x 80 meter persegi ini difungsikan sebagai benteng pertahanan tentara Hindia Belanda pimpinan Jenderal Johannes Graaf Van den Bosch. Di dalam benteng bisa menampung 250 orang tentara Belanda bersenjatakan bedil, 60 orang kavaleri, dan enam unit meriam api.
Benteng Van den Bosch menjadi saksi perjuangan para pejuang tanah air dalam melawan tentara Hindia Belanda
Selain menjadi benteng pertahanan, bangunan ini menjadi gerbang utama Kabupaten Ngawi. Setiap penduduk atau tamu yang ingin masuk dan keluar harus melapor serta meninggalkan identitasnya sebagai jaminan.
Benteng Van den Bosch menjadi saksi perjuangan para pejuang tanah air dalam melawan tentara Hindia Belanda. Penjara di sisi kanan dan kiri bangunan dipenuhi oleh pejuang yang tertangkap tentara Hindia Belanda.
Sumur kecil yang berada tidak jauh dari penjara difungsikan sebagai tempat pembuangan mayat para pejuang yang gugur di dalam penjara.
Bangunan kuno ini juga menjadi tempat persemayaman terakhir Wirotani, asisten Pangeran Diponegoro yang dikubur hidup-hidup oleh tentara Hindia Belanda. Makamnya masih ada dan dirawat hingga saat ini.
Pasca Indonesia merdeka tahun 1945, benteng ini diserahkan tentara Hindia Belanda kepada tentara Indonesia. Sejak itu, benteng yang menempati lahan seluas 15 Ha ini difungsikan sebagai markas sekaligus gudang amunisi Batalyon Armed 12, Kostrad Ngawi.
Kondisi bangunan yang mulai rapuh di sana-sini membuat Armed 12 memutuskan untuk meninggalkan benteng dan pindah ke gedung baru yang dibangun di area depan kawasan Benteng.
Benteng Van den Bosch segera direvitalisasi
Konstruksi bangunan yang masih kokoh berdiri serta jejak sejarah yang ditinggalkan tentara Hindia Belanda, mendorong Armed 12 membuka lokasi ini menjadi destinasi wisata pada tahun 2013-an.
Benteng ini mulai dibuka pukul 07.00 - 17.00 WIB, setiap pengunjung dikenakan tarif masuk Rp 5.000 per orang. Tapi kalau para pelancong ingin nyaman, sebaiknya berkunjung pagi 08.00 WIB atau sore hari sekitar pukul 15.00 WIB karena udara di sana cukup panas.
Meski konstruksi bangunan terlihat kokoh, pelancong harus tetap waspada saat menjelajah ke setiap bagian benteng karena beberapa ruangan dalam benteng terlihat rapuh.
Selain dapat menikmati keindahan bangunan kuno ini, pelancong juga dapat bermain-main dengan burung merpati yang ada di sana. Di bagian belakang bangunan pelancong dapat duduk santai merasakan semilir angin sekaligus melihat sungai Bengawan Solo yang mengalir deras.
Berkat terus naik daun dan dijadikan salah satu destinasi wisata unggulan Kabupaten Ngawi, pemda berencana merevitalisasi Benteng Van den Bosch agar terlihat lebih indah. Selain itu, juga akan disediakan beberapa fasilitas pendukung untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
"Saat ini sedang dibangun museum yang berisi foto dan sejarah singkat benteng dan nanti akan disediakan spot foto dengan perlengkapan ala noni dan jenderal Belanda," kata Monang Setiyo Putro, Kepala Seksi Promosi Wisata Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.